Penghargaan Bakrie Award menjadi salah satu anugerah yang kerap ditolak penerimanya. Tahun ini, daftar itu bertambah setelah sastrawan Seno Gumira Ajidarma mengaku menolak menerima hadiah bidang sastra dari hajatan Freedom Institute dan Bakrie Grup ini.
Deretan cendekiawan nasional yang menolak penganugerahan itu adalah Romo Franz Magnis Suseno, Daoed Joesoef, serta penyair Sitor Situmorang.
Tokoh pertama kali menolak hadiah dari Bakrie itu adalah rohaniwan Katolik Romo Magnis pada 2007. Dia mengaku tidak bisa menerima anugerah itu lantaran anak perusahaan tambang Bakrie, Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, menciptakan semburan lumpur yang menyengsarakan rakyat.
Langkah Romo Magnis mengejutkan banyak pihak dan akhirnya diikuti beberapa tokoh lain. Sempat hendak menerima, Daoed Joesof akhirnya juga menolak hadiah Bakrie pada 2010. Dia mengaku aktivitas perusahaan tambang Bakrie di Porong, Sidoarjo yang menyengsarakan rakyat membuatnya mantap menolak penghargaan itu.
"Saya menolak (Bakrie Award) karena nurani menolak. Saya selama ini berani melawan siapa pun dan apapun, kecuali hati nurani saya,” ujar dia kepada wartawan dua tahun lalu. Mantan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan di era Orde Baru itu sebetulnya mendapatkan anugerah pemikir sosial.
Penyair Sitor Situmorang yang mendapat anugerah sastra bersamaan dengan Daoed turut menolak Bakrie Award. Alasan Lumpur Lapindo juga menjadi penyenbab mantan ketua Lembaga Kebudayaan Nasional di era Orde Lama ini enggan mendapat penghargaan itu.
Konon Mantan Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Syafi'i Maarif juga menolak anugerah ini. Namun, selentingan itu tidak bisa dikonfirmasi karena nama dia tidak pernah diumumkan sebagai nominator maupun pemenang. Lain lagi dengan wartawan senior Goenawan Mohammad. Dia menerima penghargaan pada 2004. Namun, tahun 2011 dia kembalikan lagi.
Penghargaan Ahmad Bakrie, kerap disingkat PAB, adalah kegiatan tahunan Freedom Institute bersama Grup Bakrie sejak 2003 yang memberi anugerah terhadap pemikir berjasa bagi Indonesia. Biasanya ada enam nominasi untuk cendekiawan berprestasi meliputi bidang sains, teknologi, kedokteran, sosial, hingga kesusastraan.
Untuk tahun ini, PAB akan digelar tanggal 12 Agustus di Djakarta Theater. Pemenang mendapat hadiah uang tunai Rp 250 juta, piagam, serta trofi.
sumber : merdeka.com
Salah Satu karya Sitor Situmorang |
Tokoh pertama kali menolak hadiah dari Bakrie itu adalah rohaniwan Katolik Romo Magnis pada 2007. Dia mengaku tidak bisa menerima anugerah itu lantaran anak perusahaan tambang Bakrie, Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, menciptakan semburan lumpur yang menyengsarakan rakyat.
Langkah Romo Magnis mengejutkan banyak pihak dan akhirnya diikuti beberapa tokoh lain. Sempat hendak menerima, Daoed Joesof akhirnya juga menolak hadiah Bakrie pada 2010. Dia mengaku aktivitas perusahaan tambang Bakrie di Porong, Sidoarjo yang menyengsarakan rakyat membuatnya mantap menolak penghargaan itu.
"Saya menolak (Bakrie Award) karena nurani menolak. Saya selama ini berani melawan siapa pun dan apapun, kecuali hati nurani saya,” ujar dia kepada wartawan dua tahun lalu. Mantan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan di era Orde Baru itu sebetulnya mendapatkan anugerah pemikir sosial.
Penyair Sitor Situmorang yang mendapat anugerah sastra bersamaan dengan Daoed turut menolak Bakrie Award. Alasan Lumpur Lapindo juga menjadi penyenbab mantan ketua Lembaga Kebudayaan Nasional di era Orde Lama ini enggan mendapat penghargaan itu.
Konon Mantan Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Syafi'i Maarif juga menolak anugerah ini. Namun, selentingan itu tidak bisa dikonfirmasi karena nama dia tidak pernah diumumkan sebagai nominator maupun pemenang. Lain lagi dengan wartawan senior Goenawan Mohammad. Dia menerima penghargaan pada 2004. Namun, tahun 2011 dia kembalikan lagi.
Penghargaan Ahmad Bakrie, kerap disingkat PAB, adalah kegiatan tahunan Freedom Institute bersama Grup Bakrie sejak 2003 yang memberi anugerah terhadap pemikir berjasa bagi Indonesia. Biasanya ada enam nominasi untuk cendekiawan berprestasi meliputi bidang sains, teknologi, kedokteran, sosial, hingga kesusastraan.
Untuk tahun ini, PAB akan digelar tanggal 12 Agustus di Djakarta Theater. Pemenang mendapat hadiah uang tunai Rp 250 juta, piagam, serta trofi.
sumber : merdeka.com
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Kritik dan Saran Anda Tuliskan Pada Formulir Komentar di Bawah Ini