Slamet Hariyanto berhasil menciptakan Pembangkit Listrik Tenaga Hampa (PLTH) yang ramah lingkungan. Padahal, Slamet bukanlah seorang insinyur lulusan listrik, dia hanya seorang lulusan Sekolah Dasar (SD) yang sehari-harinya bekerja sebagai pembuat dinamo di Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tempatnya tinggal.
Penemuan Slamet itu langsung menuai decak kagum dari masyarakat hingga pejabat di negeri ini. Bahkan, Slamet kini sibuk memenuhi pesanan PLTH dari mereka.
Sejak kabar penemuan PLTH itu tersiar luas, masyarakat dan sejumlah perusahaan banyak yang memesan alat itu kepada Slamet. Bahkan, Menteri BUMN Dahlan Iskan sudah memesan alat tersebut.
"Saya pesan, ini untuk memberi semangat bagi Pak Slamet yang tidak berhenti berpikir dan kreatif," kata Dahlan ketika dihubungi wartawan, Rabu (25/7).
Tak hanya itu, Pemerintah Kabupaten Malang juga berencana akan memesan alat ciptaan Slamet itu. PLTH itu akan digunakan untuk menghasilkan pasokan listrik terhadap puluhan desa di wilayah Kabupaten Malang yang hingga kini belum teraliri aliran listrik.
Namun demikian, Slamet tak serta merta mau memenuhi semua pesanan. Sebab, hingga kini Slamet tengah memperjuangkan hak paten alat yang ditemukannya itu.
"Kami pun mengerti jika Slamet ini menolak pesanan dari berbagai perusahaan, sebab dia takut ciptaannya itu dijiplak oleh orang lain, karena belum dipatenkan," kata Bupati Malang, Rendra Kresna, Rabu (25/7).
Slamet telah melakukan riset pembuatan PLTH mulai 1997. Kemudian pada 2008 ia berhasil membuat prototipe pertama bertegangan 380 volt dan berdaya 13 kilowatt.
Prototipe pertama ini menjadi tipe kedua: 3 Fase. Tipe ini ditujukan untuk pasar industry. Satu tipe lagi, 1 Fase, dibuat dengan voltase 220 dengan daya minimal 1.000 watt dan daya maksimal 6.000 watt, yang cocok untuk listrik rumahan.
Meski sebagian besar komponennya menggunakan bahan daur ulang, PLTH itu tidak menghasilkan polusi. Sebab, alat ciptaan Slamet itu tidak menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti pembangkit listrik umumnya.
Slamet menggunakan karbon yang dihasilkan dari serabut kelapa. Karbon tersebut berfungsi sebagai baterai, yaitu alat yang bisa menghasilkan listrik.
Meski hanya menggunakan tenaga baterai, PLTH yang diciptakan Slamet ini mampu menghasilkan tenaga listrik 1000 hingga 13.000 watt. Rinciannya, 1 fuse (sekring) menghasilkan 220 volt dengan kapasitas 1000-6000 watt. Sedangkan 3 fuse menghasilkan 380 volt (6000 – 13 000 watt).
Penemuan Slamet itu langsung menuai decak kagum dari masyarakat hingga pejabat di negeri ini. Bahkan, Slamet kini sibuk memenuhi pesanan PLTH dari mereka.
Sejak kabar penemuan PLTH itu tersiar luas, masyarakat dan sejumlah perusahaan banyak yang memesan alat itu kepada Slamet. Bahkan, Menteri BUMN Dahlan Iskan sudah memesan alat tersebut.
"Saya pesan, ini untuk memberi semangat bagi Pak Slamet yang tidak berhenti berpikir dan kreatif," kata Dahlan ketika dihubungi wartawan, Rabu (25/7).
Tak hanya itu, Pemerintah Kabupaten Malang juga berencana akan memesan alat ciptaan Slamet itu. PLTH itu akan digunakan untuk menghasilkan pasokan listrik terhadap puluhan desa di wilayah Kabupaten Malang yang hingga kini belum teraliri aliran listrik.
Namun demikian, Slamet tak serta merta mau memenuhi semua pesanan. Sebab, hingga kini Slamet tengah memperjuangkan hak paten alat yang ditemukannya itu.
"Kami pun mengerti jika Slamet ini menolak pesanan dari berbagai perusahaan, sebab dia takut ciptaannya itu dijiplak oleh orang lain, karena belum dipatenkan," kata Bupati Malang, Rendra Kresna, Rabu (25/7).
Slamet telah melakukan riset pembuatan PLTH mulai 1997. Kemudian pada 2008 ia berhasil membuat prototipe pertama bertegangan 380 volt dan berdaya 13 kilowatt.
Prototipe pertama ini menjadi tipe kedua: 3 Fase. Tipe ini ditujukan untuk pasar industry. Satu tipe lagi, 1 Fase, dibuat dengan voltase 220 dengan daya minimal 1.000 watt dan daya maksimal 6.000 watt, yang cocok untuk listrik rumahan.
Meski sebagian besar komponennya menggunakan bahan daur ulang, PLTH itu tidak menghasilkan polusi. Sebab, alat ciptaan Slamet itu tidak menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti pembangkit listrik umumnya.
Slamet menggunakan karbon yang dihasilkan dari serabut kelapa. Karbon tersebut berfungsi sebagai baterai, yaitu alat yang bisa menghasilkan listrik.
Meski hanya menggunakan tenaga baterai, PLTH yang diciptakan Slamet ini mampu menghasilkan tenaga listrik 1000 hingga 13.000 watt. Rinciannya, 1 fuse (sekring) menghasilkan 220 volt dengan kapasitas 1000-6000 watt. Sedangkan 3 fuse menghasilkan 380 volt (6000 – 13 000 watt).
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Kritik dan Saran Anda Tuliskan Pada Formulir Komentar di Bawah Ini